Minggu, 16 Juni 2019

Setitik Rindu

Setitik Rindu

Maafkan yang segaja didelet dari memory
Menahan diri dari segala prasangka hati
Semoga jalanmu,  tiada kesusahan
Semoga rizkimu berlimpah keberkahan

Maafkan yang telah berlalu
Doaku hanya kebaikan
Harapan dan masa depan
Indah tanpa halangan terjal

Biarkan kupergi jauh dari mu
Jangan khawatirkan apa yg terjadi padaku
Semua sudah kupasrahkan
Pada Tuhan pemberi takdirku,

Biarpun,
Langkah kita semakin jauh
Barbeda arah
Kau dan aku hanya manusia
Pernah bertemu,  berpisah jua...

Semoga rasa yang tertanam dulu
Menjadi bait puisi kehidupan
Ikut bernyanyi menyuarakan
Indahnya dunia

Semerdu burung burung berkicau
Selembut angin berhembus
Segesit ombak mengalun
Sehangat mentari pagi
Serimbun  daun bertumbuh
Secantik bunga dimusim terang
Berwarna bagai pelangi

Sehalus bahasamu, 
Dan setitik kerinduan.



Little Aisyah, 16/06/19

Senin, 22 September 2014

===jodohku===

Ryan, dengan sedikit tergesa memasuki sebuah bus, sebuah tiket sudah berada ditangannya. Sumber Alam jurusan Bogor-jogja. Ia hendak pulang kampung, tapi mau mampir sejenak pada sahabat lama di Purwokerto.

Hupla, isi bus hanya beberapa orang saja. Ryan memilih bangku akhir, seorang perempuan sudah duduk disana.

“Permisi ya,” dengan suara pelan ia berusaha sopan pada penghuni sebelah. Seorang perempuan , dengan perawakan kecil, manis dan cantik. (muehehe)

Perjalanan yang sangat membosankan, pikirnya. Penghuni sebelah berisik sekali. Sesekali dia memutar list lagu dihpnya,  sesekali bertelephon ria dan bercakap_cakap dengan seseorang diseberang telepon, mungkin pacaran. Mungkin. Pake lama pula, “berisik, mbak,” ingin sekali dia berkomentar.

Ryan mencoba tak mendengar kebrisikan penghuni sebelah. Dia teringat ibunda tecintanya dikampung. Sebagai anak laki-laki bungsu, rindunya pada ‘emak’ ini, memang menjadi alasan tersendiri untuk menjenguknya setiap akhir bulan. Ya, dia rindu tertidur dipangkuan emaknya, atau sekedar bercerita dengannya. Emak, anakmu ini sudah tua, tapi masih saja ingin bermanja denganmu. (huhuhu)

Lama-lama suasana mulai sepi. Malam sudah merayap, dan beberapa penumpang sudah mulai tertidur. Ryan mulai mengantuk. Tuk, kepalanya jatuh pada bahu penghuni sebelah. Sadar, ia menaikan kepalanya lagi. Tuk, lagi-lagi rasa ngantuk membuatnya ingin segera terlelap.

Uhh, ya ampun. Sudah berapa lama aku tertidur dibahu perempuan kecil ini? Wehehe, dia tidak tidur? Batin Ryan sedikit malu. Dia usap wajahnya, mencoba agar matanya tetap melek, dan memulai bertanya pada perempuan disampingnya, atau gadis kecil tepatnya.

“tidak tidur?” tanyanya. Penghuni sebelah hanya menggeleng.

“mau kemana?” tanyanya lagi.

“pulang”, jawab gadis kecil itu lagi singkat.

“pulang kemana?”

“kebumen,”

“oh kebumen,” ryan mengangguk-angguk. Ya, dia tahu daerah itu.

Singkat kata singkat cerita, Ryan mulai asyik ngobrol dengan penghuni sebelah kursinya.
‘hayoo tebak, pekerjaanku apa? Klo benar nanti aku kasih hadiah.”

“hadiahnya apa, pulsa ya 1oorb?” Tanya gadis itu. Ah, matre sekali.

“ya boleh,” jawab Ryan mengiyakan. “apa hayoo? Cuman boleh jawab tiga kali lo, cluenya kerjaanku pake otot angan”

“wah apa ya, ?” gadis itu mikir-mikir.

“lama amat mikirnya?”

“jadi dokter!!”

“kok tau?” sial. Terpaksa dia membagi pulsa seratus ribu pada gadis itu. Gadis itu cekikikan, yes, yes, merasa senang.

“mana nomer hapenya?”

Mereka akhirnya bertukar nomer telephon. Tapi, waktu terasa singkat sekali. Purwokerto sudah berada didepan mata.

“eh iya, namanya siapa?”

“Aisyah.”

“Aisyah, sampai jumpa lagi ya.”

“iya, hati-hati!”

***

Pagi-pagi Ryan teringat pada gadis yang ditemuinya semalam, gadis yang lucu . Baru sekali bertemu sudah mengambil pulsa 100rb dari hpnya. Sial, batinnya geli.

selamat pagi, aisyah.

Dari dr. Riyanto.


Begitu tulisnya pada sms yang pertama kali ia tujukan pada gadis bernama Aisyah itu.

Selamat pagi,balas Aisyah.

Rupa-rupanya Ryan mulai ketagihan mengirim sms pada Aisyah, gadis kecil, yang ditemuinya didalam bus Sumber Alam itu. Sampai ia kembali ke Jakarta lagi, dan Aisyahpun sama. Kembali ke Jakarta.

Ryan dan Aisyahpun sering bertemu di Jakarta.

Tak terasa waktu terus berjalan. Hari-hari yang dilalui bersama Aisyahpun terasa seperti pelangi didalam hidupnya. Mungkin ia sedang jatuh cinta. 

Setiap hari ia selalu meluangkan waktunya untuk menelepon Aisyah. Atau hanya sekedar sms candaan saja. Sehari saja tak menggoda gadis itu, rasa-rasaya seperti ada yang kurang.  Every time, every week, n every minutes.

Lagu-lagu cinta mulai terdengar merdu ditelingannya. (hihihi) .Ryan merasa terhipnotis. Gadis kecil bernama Aisyah itu sudah membuat hatinya tak keruan. Membuatnya sering tersenyum sendiri, dan melamun sendiri. Hidupnya sangat bergairah. You are my spirit,

Tapi,,, Aisyah masih terlalu kecil untuknya. Umurnya masih terlalu muda. Masih 20 tahun. Masih terlalu manja. Masih belum tau apa-apa. Apa dia tau, rasa suka seorang pria dewasa pada seorang perempuan itu, bisa dinamakan, cinta??

Sesekali dia memperhatikan raut wajah aisyah. Mengajaknya makan, atau bertemu disuatu tempat. Atau berkunjung dikontrakannya. Ah, aisyah, kamu sudah mencuri hatiku.

Ingin sekali Ryan mengungkapakan perasaan didalam hatinya. Tapi rasa enggan itu selalu hadir. Apa iya Aisyah juga menyukainya, atau Aisyah akan menolakku? (hahahaha)

Dia mulai takut kehilangan Aisyah.

“ada sesuatu yang ingin kukatakan padamu, Syah,”

“hmm, apa itu kak?”

“Aku….aku lapar!”

“makan yuk?”

“makan apa?”

“bakso, ada bakso enak dekat kontrakanku!”

Begitulah, setiap kali Ryan ingin mengungkapkan perasaanya, dia selalu saja gagal. (wkwkwk)

Sampai pada suatu hari,

“aku habis kontrak kak, aku mau pulang kampung!” kata Aisyah.

“kejakarta lagi ya?”

“gak tau,”

Dan Aisyahpun pulang kampung. Ryan tak mampu mencegah kepulangan Aisyah. Sedih sekali hatinya, melihat pujaan hatinya tak balik-balik ke Jakarta. Padahal setiap hari dia sudah merayunya agar Aisyah mau ke Jakarta lagi.

“kapan ke Jakarta lagi, Syah” tanyanya sesekali diseberang telepon.

“gak tau, kak!”

Begitu selalu jawaban aisyah. Andai saja kau tau syah, ingin sekali kuberteriak dari tugu monas, dengan speaker.“I LOVE U, AISYAH“

Aisyah yang punya ilmu telephatipun seakan menjawab dari jauh. Tapi dengan suara yang sangat lemah, “I love u, too” (xixixi_penulis cekikikan)

Hari-hari tanpa Aisyah membuat Ryan merasa kesepian. Pelangi itu seakan berubah menjadi langit kelabu. Apalagi, ketika ia mendengar suara burung bercerita.

“Aisyah sudah dilamar orang, seorang Bupati  lajang, yang tampan nan gagah dari kebumen .”  (hatscim-penulis sedang flu berat).

Begitu kabar burungnya.

Ryanpun merasa sedih sekali. tiba-tiba ia menitikkan airmata. Hatinya seakan terluka. Ia merasa sangat bodoh. sepanjang hari ia tak mau makan. Kerjaanya hanya melamun saja. Hanya ada wajah sumringah aisyah dibenaknya. Hanya ada senyum aisyah yang menari-nari diingatannya.

Akhirnya ia terjatuh sakit. Panas dikeningnya membuat dokter yang menanganinya merasa sangat heran.

“ini sangat berbahaya,” kata dokternya. “sepertinya obatnya tak ada disini”

Ryan tak bisa dirawat dirumah sakit. Beberapa rumah sakit menolaknya. Berkali-kali ganti rumahsakit, menyebabkan ryan menjadi lemah lunglai.

Bahkan, ada beberapa rumahsakit yang mendiagnosa penyakitnya ini dengan penyakit liver akut. Ryan bertambah heran, ada-ada saja dokter jaman sekarang.

Sang ibunda tercinta membawanya pulang kejawa. Dia merawat anak bungsunya itu dengan penuh kasih sayang, berdoa siang dan malam tanpa lelah agar anaknya mendapatkan yang terbaik dan segera diberi kesembuhan. Tak lupa juga ia menyelipkan dalam doa, agar anaknya itu segera diberikan jodoh yang cantik, dan baik hati. Yang pantas mendampinginya.

“le, bangun le. Jangan tidur terus, ayo sholat!” begitu suara lembut emaknya membangunkan Ryan pada suatu sore, menjelang maghrib. “berdoa sama Allah, memohon agar dibukakan pintu rahmatnya!”

“iya,mak!” Ryan mulai mencoba bangkit. dia sangat merasa bersalah, emaknya sudah berkorban banyak untuknya. Dan, sejenak kemudian, begitu air wudhu membasahi wajahnya, ia merasa sangat gagah. Ia mampu bangkit lagi.

Didirikannya sholat maghrib bersama emak. Hatinya merasa sangat lapang. Ia menangis tersedu-sedu dihadapan sang pencipta. “ya Rabby, ampunillah segala dosaku!” begitu ryan mengawali doa khusyunya.

Diambilnya kitab suci diatas rak. Dibacanya pelan-pelan. Dibaca pula artinya, malam ini seperti malam penuh cahaya.

“katakanlah, ‘jika bapa-bapa, anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan tempat tinggal yang kamu cintai, adalah lebih kamu cintai dari Allah dan Rasulnya dan dari berjihad dijalanNya,maka tunggulah Allah mendatangkan keputusanNya. Dan, Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik.”

Ryan mulai tersadar, bahwa cinta kepada dunia dan perhiasannya, cinta kepada makhlukNya secara berlebihan, hanya akan membuatnya celaka. Dan lupa akan Kuasanya. Dunia hanya sementara sayang,

Ryan kembali kejakarta. Berkat doa ibunya, ia sekarang sudah sembuh. Sudah terlupa akan kesedihannya. Biar dunia tahu, ibunya adalah ibu yang terbaik!

Brukk!

Ryan menabrak seseorang sebelum memasuki tempat kerjanya. Bukan seorang, tapi 3 gadis cantik. Tas salah satu gadis itu tejatuh.

“cie-cie”, 2 gadis temannya menggoda sang gadis yang kubantu mengambil tasnya.

“ssst… namanya Ami!” begitu bisik salah satu dari temennya.

“masih jomblo loooh,” 2 gadis itu cengengesan saling menggoda. Kemudian berlalu pergi meninggalkannya yang masih  berdiri mematung ditempatnya sampai ketiga gadis cantik itu menghilang.

Hhh, selalu saja ada cara Tuhan untuk membuat hambanya merasa bahagia. Ngomong-ngomong_ mudah sekali ya, dr Ryan ini jatuh cinta. Tapi, … harus tepat dan lebih berhati-hati, batinnya kali ini tegas.

***
Sepulang kerja, ryan melihat gadis tadi pagi diseberang jalan. Hendak mencari angkot, mungkin. “dipertemukan lagi, mungkin jodoh,” batinnya geli.

Esoknya, dia sengajakan untuk menemui gadis itu.

“nomermu berapa?”

“nomer apa, nomer hp?” Tanya gadis itu heran, tiba-tiba ryan mencegat langkahnya sembari bertanya.

“bukan, nomer rumah dan alamat”

‘hah? Buat apa?”


“ya buat melamarmu!”

Hmm, gadis itu tersenyum simpul. Senyumnya cantik sekali. ini dia jodohku!
(23-9-14)
==Tamat-end. Cerita hanya rekayasa,  Intermezzo…. Hiburan saja. muehehehe==

Senin, 25 Agustus 2014

Telephati

Tak ada satu halpun yang tak kuingat tentang dirimu.

"Mau gak aku hipnotis kamu, Ai?" Katamu dimalam itu, saat berdua saja. 

"Gak mau,"jawabku. 

"Masih bisa menghipnotis?" Tanyanya. Aku hanya menggeleng. 

"Kita main telephati aja, yuk!"Katanya sembari merayu, ah sebenarnya bukan rayuan, tapi bahasa lembutnya itu sering membuatku merasa sedang dirayu, dan tak bisa kutolak. 

"Boleh," jawabku.

Aku disuruhnya duduk bersila jauh dari duduknya, kira-kira 10 meter. Aku tidak bisa telephati. Hanya menurut saja apa yg Dia suruh. Disuruhnya ambil nafas dalam-dalam, dan menutup mataku. 

Beberapa detik aku merasa tak ada apa-apa yang terjadi pada diriku. Sampai kemudian, dia mulai memanggil namaku.

"Ai ... , Aisyah sayang," panggilnya dengan lembut.

"Apa, kak!"

"Kamu lagi ngapain?"Tanyanya.

"Lagi duduk,"jawabku. 

"Ngapain duduk jauh2an gitu, duduk deh sebelah kakak!"

Aku menurut saja, kemudian aku bangun dan mulai duduk didekatnya, tapi masih bersila, sambil melihat lebih dekat, karena dia menyuruhku duduk tepat dihadapannya.

"Apa sih yang kamu rasain?" Tanyanya.

"Dag dig dug," jawabku malu-malu. 

"Kenapa?"

"Takut,"

"Takut jatuh cinta lagi, ya?!"

Aku mengangguk.

"Hiiiii ketahuan.. Emang kakak ganteng, ya?!" Tanyanya sambil ngakak.

"Lumayan," jawabku datar.

"Emang kakak cakep ya?!"

Eh busyet, kepala ngangguk lagi. 

"Kan udah janji, jadi kakak adek aja, kok masih suka??" Tanyanya genit.

"Ga tau sebabnya," kataku.

"Trus, kalo masih suka, ai mau ngapain lagi deket-deketin kakak kayak gini?" Tanyanya. 

Eh, tiba-tiba aja pengen cium pipi dia.. Uups.... Karena malu, aku jadi kaget!! 

Hahahaha--
Akhirnya kita jadi ketawa, dan kami tersadar kembali. Kami masih duduk ditempat semula dengan jarak yang jauh, loh. 

"Apa yang ga bisa buat aku jatuh cinta sama kamu, kak Jati," batinku sediiih. Semua yang ada didirimu, selalu membuatku jatuh cinta. 

:::Sketsa:::

Setiap sudut pesona yang terpancar seayu wajahmu, telah membalutku dihamparan sabana cinta. Namun bukan hanya itu pesona yang kau berikan untuk mata-mata liarku. Mata bulat penuh semangat, rupa menawan, suaramu yang merdu, alis yang indah, hidung yang mancung, bibir yang merekah, tak ada sedikit cacat dimataku, indah, indah, dan indah.
Itulah dirimu, Ayu. Sketsa dirimu sudah memenuhi rongga-rongga fikiranku. Sampai batas-batas ketidaknormalanku. Hanya kamu, kamu, dan kamu. Diibaratkan kau sebuah bulan, yang anggun bertahta diantara beribu bintang, belum cukup mendeskripsikan semua ayu parasmu, sangat menawan hati.
Ayu, dadaku seakan bergetar ketika kusebut namamu. Hanya sekali saja kuucap namamu Ayu, hayalanku terbang melayang melintasi istana-istana di angkasa, bukan, belum cukup, tapi, ahh... Ayu, engkau seperti layla, dan aku seperti Qais yang akan siap menanti seribu tahun cintamu.
Tadi pagi sewaktu kubuka jendela kamarku, angin segar menyergapku, tahukah kau Yu, semalaman aku tak tidur. Hanya untuk mengukirkan namaku dan namamu dijendela. Ya, agar aku bisa menikmati segarnya angin pagi bersama dirimu. Kugambar juga simbol hati diantara nama kita berdua. AGUNG LOVE AYU. Aku cengengesan sendiri menyadarinya., menyadari kegilaan cintaku padamu.
Setidaknya dengan begitu, dengan perasaan yang begitu bergelora ini, aku berharap, engkau mengetahuinya. Meski itu hanya sedikit saja gambaran dari hatiku. Kau harus mengetahuinya, Yu!
Ayu, dengarkan ini! Mungkin kau akan tahu segala rasaku. Resah-resah sepanjang malam yang hanya terisi oleh sketsa dirimu.
"Hanya engkau, surya untuk penghidupanku.
Menemani keseluruh kalbu...
Oh, betapakah riang-riang
Disaat disampingku
Hanya engkau..
tujuanku satu..
Dikau maniz...
Embun pagi dini hari
Dengarkanlah hatiku menangis"
Lirik lagu ini berjudul "hanya engkau" . Aku lupa kapan aku mendapatkan lagu ini. Lagu legendaris. Lagu lama. Kakekku yang mengajarkannnya. Lagu disat masa mudanya. Tapi buatku, lagu ini lebih berarti dari sebuah lagu cinta biasa. Ini lagu akan kunyanyikan untuk pengantinku. Kau maukan, Yu, jadi pengantinku?
Bersandarlah sudah kapalku dipelabuhan hati seorang gadis sepertimu, Ayu. Ayu, patutlah aku memujamu seperti ini. Rasa-rasanya roh dan jasmanimu memberikanku kekuatan. Kekuatan yang luar biasa, yang baru aku rasakan dari perempuan ayu, seperti dirimu Ayu.

Jumat, 22 Agustus 2014

--NENG--

menikah diusia muda benar-benar membuatku merasa payah. sebab, aku tak punya bekal apa-apa untuk bisa menjadi seorang istri.
yang pertama, menikah karena tak siap. tiba-tiba dilamar, karena lagi gak kerja ya ok saja. padahal, ya niatnya gak mau nikah semuda itu. umurku baru 21 tahun. baru kerja beberapa tahun. tapi memang asli dimanja sama orang tua, gak bisa ngapa-ngapain.
yang kedua, begitu masuk dapur mertua, saya gak tau apa itu nama-nama bumbu dapur, beserta bendanya pun aku gak tau. asli gak taunya, sebab gak pernah diajarin masak sama ibu.
seminggu pertama, mertuaku ngajarin aku masak. membuat badanku pegel-pegel tiap malam. dan suamiku yang baik hati itu dengan penuh cinta, memijatku dan mengasihaniku. tiap malam aku merengek dan menangis, bu-ibu kok ya aku disuruh menikah to bu, lah anakmu ini masih kayak anak tk.
kemudian hamil, karena hamil aku malu. hah, aku hamil??? itu saja baru kutau klo hamil hampir bulan ke tiga, masuk angin dengan segala penderitaanya. tiap hari gak pernah makan, begitu mau makan mintanya bakso. begitu sudah makan bakso, baru selesai makan dan masih didepan pintu warung, semua kuah beserta isi bakso kumantahkan begitu saja. wuuek, tanpa peduli siempunya warung, mungkin dia mikirnya baksonya gak enak, sampe-sampe masih didepan pintu semua bakso yang baru kutelan kumutahkan lagi. wuuek, wuuek..
punya anak, lahir, gak bisa pegang bayi. serba panik. pokoknya setiap bulan, asli anakku kubawa kebidan. karena sakit., sampe-sampe anankku bisa jalan hampir mau dua tahun. ya baru sekali itu momong. momong anak sendiri.
tapi meskipun begitu, suamiku yang baik hati, dan sabarnya gak ketulungan, alias dowo ususe, tidak pernah mengeluh padaku. dia selalu baik, penuh perhatian, meskipun banyak mengalah. dan, tidak pernah marah meski aku sering menyuruh ini dan itu.
dia,suamiku, selalu memanggilku dengan panggilan sayang. asawa, begitu panggilanya , yang artinya, katanya istriku tercinta. heheh,
sekarang kami sudah menikah, hampir lima tahun. tak ada halangan yang berarti dirumah tangga kami. dia masih seperti dulu, masih sama seperti pertama kali kami menikah. selalu memanjakanku, dan menuruti semua keinginanku. sebab aku bilang padanya, kamu yang bikin aku menikah diusia muda, jadi kamu penyebabnya, dan kamu harus membuatku senang selamanya. tidak boleh tidak,
akhir_akhir ini dia senang sekali memanggilku, ' neng. aku terharu saja, ternyata suamiku romantis juga. dia dengan telaten, selalu memberi tau aku apa saja yang tidak kuketahui dengan memaparkannya sedetail mungkin, agar aku mudah memahami, persis seperti guru smp.
tapi,,, aku heran, setiap dia memanggilku neng, dia selalu tersenyum meringis.
terus senyum-senyum sendiri.
neng itu kan artinya cewek, artinya dia sedang memanggilku sok romantis. seperti seorang jejaka sedang meamnggil, kekasihnya. "neng sini neng, sini dekat abang."
aiih, sudah bapak-bapak sama ibu-ibu tapi tetep romantis. anaknya saja udah gede, udah pinter ngeledek, persis bapaknya.
suatu waktu, suamiku sedang membersihkan mesin motornya. aku disampingnya sambil memperhatikan dia, ikut-ikut bertanya. "pih, namanya apa sih, itu apa sih?" tanyaku kesana kemari.
suamiku yang baik hati dan tidak sombong itu menjawab semua pertanyaanku. tanpa lelah, dan tanpa marah.
tapi, beberapa hari ini aku mikir. sejak pertemuan buka bersama dengan teman-temanku waktu smp, dan mengenang masa lalu, ternyata, aku masuk kelas yang salah. kelasnya anak jenius semua. mereka bilang klo aku ini ketawanya pasti yang paling akhir..
"papiiih, panggil aku NENG, artinya bukan oOONENG, kan piih????????"
suamiku tertawa sebentar, lalu tertawa lagi terbahak-bahak sampai membuatku kesal.
AKU TERTIPU.

YANG TERLUPAKAN


Kepalaku sakit mendadak, sakit sekali. Tapi aku berusaha tetap tegak, agar aku tak terjatuh, dan mulai mencari-cari benda apa saja yang mudah kuraih, agar aku bisa bersandar, kemudian merebahkan tubuhku.

Anakku sedang berjingkrak-jingkrak diatas kasur. Selesai kumandikan beberapa saat lalu. Gadis kecil berusia empat tahun itu, sedang menungguku mengambil minyak kayu putih, yang aku lupa lagi menaruhnya.

Dimana ya minyak kayu putihnya? semakin aku berusaha mengingat benda itu, kepalaku semakin sakit. Setiap hari aku sudah berusaha untuk tetap menaruh ditempat yang sama. Diatas lemari anakku.

Tapi pagi ini, aku kembali kehilangan benda penting itu. Benda yang harus ada, yang sering sekali
aku lupa menaruhnya, untuk menghangatkan tubuh sikecil seusai mandi.

"Dina, tolong ibu nak, carikan minyak kayu putihmu, ibu lupa lagi menaruhnya," semakin sakit kepalaku kurasakan, aku menyerah. Biasanya anakku tau, dimana aku menaruh benda itu.

Sikecil langsung tertawa terbahak-bahak, ya mungkin dia sedang mengusiliku. Sebab dia paling tau kalau ibunya ini pelupa, dan sangat pelupa.

Madina, yang masih telanjang bulat itu, anak gadisku yang cantik, kemudian turun dari kasur, berlari-lari kecil, menuju tas sekolahnya. Mengambil benda kecil, berwarna hijau, kemudian berteriak lantang. "Ini dia, hahaha..."

Hah, aku mengernyit. "Tuh kan, Dina yang mainan. Bukan ibu yang lupa naruh, ibu kan sudah bilang, gak boleh dibawa kemana-mana minyak kayu putihnya sayaaang, harus ditaruh ditempat semula. "

Anakku hanya diam saja, kemudian melanjutkan kebiasaanya setelah mandi. Meskipun ibunya sedang berceloteh kesal, ia asyik sendiri memilih bajunya yang ia sukai untuk dipakainya hari ini. 

Sejak masih kecil, dia selalu begitu, tak mau kupilihkan baju, dia memilih sendiri kaos, kaos dalam, celana dalam, dan rok untuk dipakainya sendiri.

Sementara tugasku, hanya membalurkan sedikit minyak penghangat kesebagian tubuh mungilnya, menyisir rambut, dan memberinya bedak agar terlihat cantik.

"sudah cantik kan?", dia berlenggok-lenggok didepan cermin, melihat wajahnya dicermin, dan memuji sendiri.

"yeah, cantik sekali anak ibu," mmuah, setelah rapi ia siap meluncur. Meluncur pergi bermain
bersama teman-temannya yang sudah siap menunggu.

****

Aku baru selesai menina bobokan Madina, ketika suamiku baru saja pulang bekerja. "apa ini," katanya melihat rumahku yang berantakan. "setiap hari berantakan, kapan bisa rapi bu," katanya, sambil menarik napas dalam-dalam.

Dia pasti lelah, seharian bekerja, pulang jam 8 malam, kemudian pulang-pulang melihat rumah yang belum sempat kuselesaikan pekerjaanku, banyak mainan Madina disana, dan dia marah kalo melihat uang berserakan dimana-mana.

"memangnya gak bisa menyimpan uang dengan rapi, apa bu?"

"iya, bisa," aku menjawab sekenanya. "tadi aku sibuk, "aku beralasan.

Padahal, sebenarnya, aku ini memang sangat pelupa. Sebenarnya suamiku juga tau itu. Terkadang, aku menaruh uang sekenanya, seusai melayani pembeli diwarung kecil milikku.

Mungkin, aku terkena demensia. yaitu sebuah penyakit penurunan daya ingat. Semakin hari, aku semakin tau, kalo tingkat penurunan daya ingatku semakin hebat saja. Padahal, aku juga sudah berusaha sedisiplin mungkin untuk tetap mengingat segala sesuatu dengan tepat dan tak boleh lupa.

Yah, dimulai dengan memasak, harus memasak sampai selesai dan aku harus tetap didapur, agar aku tak lupa, kemudian membuat masakanku kekeringan, atau tempe yang sedang kugoreng tak mau kugosongkan untuk kesekian kalinya.

Memasak nasi, kemudian tak matang karena aku tak memencet tombol on untuk menanak nasi di magiccomku. Dan yang paling sering lupa adalah, memasak air minum sampai airnya tinggal sedikit, dan suamiku yang selalu mematikan komporku.

Aku berharap, aku tak akan pernah meninggalkan rumah, ketika aku meyalakan kompor. aku berharap sangat itu, meski aku sudah kesekian kalinya, kemudian terlupa, kemudian harus berlari-lari pulang untuk mematikan kompor, dan bernafas lega karena tak terjadi apa-apa seperti yang kubayangkan. ah, mengapa sepelupa ini. padahal umurku masihlah sangat muda, untuk mengalami penyakit demensia.

Kata temanku, aku harus menghindari MSG dan junk food, agar aku tak mudah lupa. Sudah kulakoni itu. Jangan tidur larut malam, jangan depresi, dan harus punya banyak waktu untuk beristirahat. Ya, aku tak bisa tidur awal. aku selalu tidur malam melewati jam 12 malam.

"Matikan laptopmu sayang," begitu rayu suamiku ketika aku sudah berlembur ria dengan laptopku. yah, dengan sangat terpaksa, aku menutup tulisan-tulisanku yang belum kurampungkan.

Barulah aku bisa tidur, setelah puas, dan melirik suamiku yang sudah dengan sangat sabar menunggu.

****

"ibu-ibu arisan marah, sebab aku terlambat dan lupa lagi. Sekarang sudah banyak yang tau kalo aku pelupa."

"sudah berapa kali lupa?" tanya suamiku.

"ya, sejak pertama kali ikut, setiap minggu, aku sll hadir terlambat dan luuupa."

"kebangetan itu," kata suamiku.

aku hanya bisa menghela nafas, dan bertanya pada diriku sendiri.
"apakah demensiaku sudah terlalu akut? atau aku sedang mengalami penyakit yang lebih serius lagi, penyusutan otak, misalnya??"

Karena beberapa hari ini, jika aku lupa menaruh barang, kemudian aku harus mengingat dimana barang itu, kemudian aku harus mencari sendiri, kepalaku terasa sakit. Sakit sekali. Sehingga beberapa kali, aku sering menyuruh suami, atau anakku untuk membantuku ikut mencarinya.

****

Madina sudah besar. Sudah tumbuh menjadi gadis yang cantik. Sudah duduk dibangku SD kelas 4. Dia mencium tanganku lembut ketika hendak berangkat sekolah.

"aku berangkat ya, Bu," katanya seceria dulu, lima tahun yang lalu. Aku masih bisa mengingatnya.

"iya, jadi anak yang pintar ya sayang," jawabku.

Sementara suamiku, sedang mengambil sepiring nasi, untuk kumakan pagi ini. Mengajakku berkeliling menikmati hangatnya mentari pagi dengan kursi rodaku. Berceloteh Lembut, menceritakan banyak hal padaku, tentang aku dan dia dimasa lalu. aku hanya bisa mendengarnya, tapi aku tak mampu mengingatnya.

"terimakasih, sudah menjadi suami yang baik untukku," kataku pada suamiku yang sedang duduk disampingku, sembari menatap bumi yang masih indah. Yang masih banyak kicauan burung di depan matakku, disetiap pagi.

"tolong dimaafkan segala kesalahan ibu ya pak, jika suatu saat nanti, Allah mengambil nyawaku terlebih dahulu."

Suamiku menitikkan airmata.

"ibu, akan selalu menjadi istri yang terbaik untuk bapak."

____________tamat__________

KAK DANA

Hoooooooh ,,,, tiba2 kakak pulang dengan wajah merengut dan duduk disampingku yang sedang asyik menonton tv.
"Kenapa kak, wajahmu bagaikan langit yang sedang muram durjana?" Tanyaku penasaran.
Kakakku masih terdiam dan menarik nafas panjang. Panjaaaaang sekaliiiii. Aku hanya bisa menebak-nebak.
"Yah ditolak cintanya nih" kataku.
Dia masih menggeleng.
"Diputusin sama mba Yanti Ya?" 
"Enggak juga" katanya sambil melingkarkan kedua tangannya dibelakang kepala.
"Lalu, ??"
Kak Dana Masih terdiam. Seakan tak mau menjawab,,, lesu sekali.
"Biasanya kau Senang sekali kak, tiap malam minggu, ada apa gerangan dengan dirimu?? Pacar sudah banyak, kenapa lagi sama pacar-pacarmu itu?? "
"Kali ini, kakak sedih sekali dek!" Kakak laki-laki satu-satuku ini mulai bicara. Dengan sedih, aku jadi terenyuh. Apa sebenarnya yang dia mau katakan. Dengan sabar menunggu, Dia mulai bercerita.
"Tau Santi, dek?" 
Aku mengangguk. "Cewek manis itu kak, yang kemarin ketemu di sekolahku?"
"Iya,"katanya. "Sudah beberapa hari ini kakak jalan sama dia. Bagi kakak dia istimewa. Senyumnya indah sekali,, bahasanya, aduh memikat hati. Kakak setiap hari sudah terbayang-bayang selalu wajahnya. Setiap detik, setiap menit, sampai makanpun kadang tak enak, maunya ngajakin dia kemana, haduh dek..." Kakak mulai bercerita. 
"Terus??" Tanyaku penasaran.
"Tadi kakak nembak dia, dia ketawain kakak"
"Apa katanya?"
"Katanya, 'aku sudah bersuami mas!"
Belum selesai dia bercerita, aku sudah tertawa terbahak-bahak. HAHAHAHAHAHA
"Malulah aku dek, diketawain"
"Terus? " Tanyaku masih penasaran.
"Tapi dia bilang gini, 'mas mau jadi pacarku?"
???????? Alisku naik! Oh oh